Kenaikan tarif kemungkinan akan dilakukan tahun depan. JAKARTA -- Pemprov DKI Jakarta menaikkan tarif air minum untuk para pengguna air pada kelompok tarif menengah dan atas. Kenaikan tarif tersebut digunakan untuk menyubsidi kebutuhan para pengguna air golongan tarif rendah. Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, menyatakan, subsidi tersebut digunakan untuk meningkatkan instalasi dan sambungan pipa PAM ke wilayah pinggiran Jakarta yang selama ini tidak tersentuh air bersih. Menurut Fauzi, kenaikan tarif kemungkinan akan dilakukan tahun depan. ''Tarif akan naik setelah kami membahas struktur tarif yang baru,'' ujarnya, Rabu (25/11). Menurut Direktur Teknis PAM Jaya, Sri Widayanto, sekitar 57 persen pelanggan PAM berada pada tarif rendah sampai menengah. Dari 792.402 pelanggan PAM, sekitar 500 ribu pelanggan mengunakan tarif air rendah dan menengah. Tarif air kelompok rendah saat ini ditetapkan sebesar Rp 1.050. Menurutnya, tarif tersebut sudah cukup murah. ''Di Bekasi tarif minimum air Rp 1.650, bahkan Tangerang Rp 1.700,'' ujarnya. Kepala Humas PT Palyja, Meyritha Maryanie, menyatakan, kenaikan tarif akan dilakukan pada pelanggan golongan tarif 4B, yang tarif airnya mencapai Rp 12.550 per kubik. Kelompok tarif ini biasanya dikenakan kepada pemilik gedung bertingkat, seperti hotel dan apartemen. Selain itu, tarif juga akan naik bagi kelompok 4A yang biasanya digunakan oleh rumah mewah, termasuk kedutaan dan konsulat. How can you put a limit on learning more? The next section may contain that one little bit of wisdom that changes everything.
Pada kelompok 4 A terdapat tiga jenis tarif. Bagi pelanggan yang pemakaian airnya 10 gauge kubik dikenakan tarif Rp 6.825. Semantara, pelanggan yang pemakaian airnya mencapai 11 hingga 20 gauge kubik tarifnya Rp 8.150 dan di atas 20 gauge kubik seharga Rp 9.800. Meyritha menambahkan, kenaikan air berkisar antara tarif air tanah yang mencapai Rp 23.000 per gauge kubik. ''Tidak lebih dari itu,'' tuturnya. Menurut Meyritha, saat ini 70 persen pelanggan air pada wilayah operasi Palyja adalah pelanggan kelompok tarif rendah. ''Oleh karena itu, demi meningkatkan pelayanan kepada penduduk kecil, harus disubsidi,'' katanya. Subsidi, menurutnya, akan digunakan untuk investasi perluasan jaringan pelayanan. Tarif untuk pelanggan kecil biasanya tergantung luas rumah. Untuk luas rumah 28.8 m2 dan pemakaiannya 10 gauge kubik tarifnya Rp 1.050. Bagi pelanggan yang pemakaian airnya di atas 20 gauge kubik dikenai tarif Rp 1.575. Luas rumah 70 gauge persegi dan pemakaiannya 10 gauge kubik adalah Rp 3.550. Sedangkan di atas 20 gauge kubik Rp 5.500. ''Saya berharap tarif air tersebut bisa naik karena sudah tidak naik selama tiga tahun,'' tuturnya. Lagi pula, kenaikan tersebut digunakan untuk investasi perluasan jaringan pelayanan. Humas PT Aetra, Johannes L Tobing, menyatakan, kenaikan tarif di operatornya juga berkisar seperti Palyja. Kenaikan sangat diperlukan karena Aetra sendiri kerap merugi. ''Kami masih punya hutan pada PAM sebanyak Rp 200 miliar sejak 2008,'' katanya. Sedangkan, Corporate Secretary PT Aetra Air Jakarta, Joshua Tobing, mendukung penyesuaian kenaikan tarif air untuk pelanggan kelas menengah dan atas. ''Kami juga ingin ada kenaikan tarif air tahun depan,'' katanya.
Dikaji mendalam
Ketua Harian YLKI, Tulus, menyatakan kenaikan tarif air harus dikaji mendalam. ''Kenaikan harus rasional,'' katanya. Jika kenaikan air tersebut ditujukan untuk menyubsidi pelanggan kecil, subsidi harus benar-benar diberikan untuk meningkatkan pelayanan bagi mereka.
Hingga sekarang, menurutnya, pelayanan yang diberikan PAM Jaya masih belum maksimal. ''Perbaikan harus terus dilakukan, jangan lagi ada kebocoran,'' katanya. Menurut Manajer Pelayanan dan Humas PAM Jaya, Teguh Suhartono, baru 63 persen masyarakat Jakarta yang terlayani jaringan pipa PAM dan hidran umum. Sebesar 37 persen pelanggan dilayani dengan kios air. Kios air ini berupa tangki tandon yang ditempatkan PAM Jaya setiap dua hari di daerah yang tidak terjangkau jaringan pipa. c09 ed: utomo (-)
No comments:
Post a Comment