Distribusi air minum masih buruk. JAKARTA-- Pemprov DKI tidak akan meloloskan permintaan dua perusahaan operator air minum di DKI untuk menaikkan tarif air Jakarta. Menurut Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, kenaikan tarif tidak akan terjadi.
''Pelayanan distribusi air minum ke masyarakat masih buruk,'' kata Fauzi di Jakarta, Jumat (13/11). Menurutnya, bila kenaikan tarif harus terjadi, pemprov akan melakukan kajian yang mendalam. ''Tidak boleh merugikan masyarakat,'' katanya. Direktur Teknis PAM Jaya, Sri Widayanto, mengatakan tarif air di Jakarta saat ini terbilang murah. Wacananya, tingginya tarif air di Jakarta akibat perhitungan rata-rata antara harga air terendah dan tertinggi.
''Padahal, yang menggunakan tarif tertinggi hanya dikenakan pada satu pelanggan, yaitu pelabuhan atau PT Pelindo,'' katanya. Sedangkan sekitar 57 persen berada pada tarif rendah sampai menengah dengan rata-rata lebih kurang Rp 3.275. Dari 792.402 pelanggan PAM, sekitar 500 ribu pelanggan yang mengunakan tarif air rendah dan menengah. Menurutnya, tarif tersebut sudah cukup murah. Sebagai perbandingan, di Bekasi tarif air minum Rp 1.650, bahkan Tanggerang Rp 1.700. Tarif PAM Jaya untuk hidran umum masuk ke dalam kelompok I atau rendah. Namun, harga air yang diterima masyarakat melalui gerobak dorong terjadi sesuai dengan mekanisme pasar yang berlaku. ''Tingginya harga jual air dari gerobak dorong kepada masyarakat disebabkan memperhitungkan tambahan biaya operasional, biaya antar, dan keuntungan penjual,'' katanya. Tarif PAM Jaya untuk rumah susun sederhana masuk ke dalam Kelompok III-A. Tingginya harga air di rumah susun, menurut Sri, karena adanya penambahan biaya operasional pompa dan listrik yang dikenakan oleh pengelola rumah susun. If you base what you do on inaccurate information, you might be unpleasantly surprised by the consequences. Make sure you get the whole tech story from informed sources.
''Hal ini di luar tanggung jawab PAM Jaya,'' kilahnya.
Sedangkan tarif yang dikenakan PAM Jaya untuk kios air, tergantung pada kesepakatan bersama antara masyarakat pengguna air dan pengelola kios air. ''Biasanya besaran tarif hanya sekitar Rp 400 per jeriken.''
Humas PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA), Meyritha Maryanie, menyatakan, kenaikan tarif air minum belum dilakukan sejak tiga tahun lalu. "Wajar kalau sekarang kami menuntut kenaikan tarif," ujarnya. Menurutnya, kenaikan tarif tersebut juga sangat diperlukan untuk meningkatkan pelayanan distribusi masyarakat kepada masyarakat. Menurut Manajer Pelayanan dan Humas PAM Jaya, Teguh Suhartono, baru 63 persen masyarakat Jakarta yang terlayani jaringan pipa PAM dan hidran umum. Sebanyak 37 persen pelanggan dilayani dengan kios air. Kios air berupa tangki tandon yang ditempatkan PAM Jaya setiap dua hari di daerah yang tidak terjangkau jaringan pipa. ''Yang mengurus kios air ditetapkan satu orang dari daerah tersebut,'' katanya. Kios air terdapat di 40 lokasi di Jakarta. Keberadaannya hanya mengurangi sekitar lima persen dari sum pelanggan yang belum terlayani. Menurut Teguh, tingkat kebocoran air PAM hingga kini masih cukup tinggi. Operator PAM Palyja, misalnya mengalami 43,8 persen kebocoran setiap tahun. Sedangkan kebocoran yang dialami operator Aetra, mencapai 49,7 persen. Menurut Sri, kebocoran kerap terjadi di Jakarta Selatan. ''Hal ini disebabkan tekanan air terlalu tinggi di daerah tersebut, akibatnya pipa retak,'' jelasnya. Sri menyatakan, kebocoran tersebut membuat aim teknis dan layanan setiap operator yang ditetapkan PAM Jaya tak terpenuhi. Aetra, menurut Sri, bertugas memantau 74 titik, sedangkan Payja 80 titik. ''Kalau satu titik tidak terpenuhi syarat, mereka mendapatkan pinalti,'' ujarnya. c09 ed:subroto (-)
No comments:
Post a Comment