Sunday, January 3, 2010

Kasus Orang Tua Telantarkan Anak, Depsos Rekomendasikan Dihentikan

Have you ever wondered if what you know about tech is accurate? Consider the following paragraphs and compare what you know to the latest info on tech.

Kasus ini karena ketidaktahuan pihak orang tua.


JAKARTA -- Dadan dan Yanti, pasangan suami istri, yang dituding menelantarkan keempat anaknya terpaksa harus berurusan dengan masalah hukum di Depok. Namun, Departemen Sosial akan merekomendasikan agar kasus pasangan suami istri itu yang sedang dikejar-kejang penagih utang, dapat dihentikan.

Menurut Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial (Yanrehsos) Departemen Sosial (Depsos) RI, Makmur Sunusi, kebijakan rekomendasi tersebut didasarkan pada kebutuhan terbaik anak yang sebaiknya diasuh orang tua kandung. Depsos akan memberikan bantuan konseling selama setahun kepada orang tua anak-anak itu, selain juga bantuan modal agar kejadian ini tidak terulang lagi.

"Jangan sampai setelah kini kedua orang tua yang sudah dipersatukan dengan anaknya, kembali terpisah karena menjalani proses pidana," papar Makmur di hadapan wartawan pada jumpa pers reunifikasi kasus tersebut, Kamis (31/12) akhir tahun lalu, di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Bambu Apus, Jakarta.

Yanti alias Wasinem, meninggalkan keempat anak mereka: Windi Novianti (7,5 tahun), Rizki Zaelani (5), Rina Damayanti (3), dan Siti Rahmah (5 bulan) di rumah kontrakannya, Jalan SMP Segar Kampung Sidamukti, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cilodong, Depok, sejak 20 Desember tahun lalu. Dadan telah lebih dulu meninggalkan rumah tersebut, ke kampung asalnya di Tasikmalaya, untuk mencari pinjaman uang agar bisa melunasi utang.

The information about tech presented here will do one of two things: either it will reinforce what you know about tech or it will teach you something new. Both are good outcomes.

Menurut pengakuan Yanti, dia meninggalkan rumah lantaran dikejar penagih utang ke rumahnya. Sebab, belum ada uang untuk melunasi, tanpa pikir panjang Yanti kabur dari kejaran lewat pintu belakang. Sayangnya, penagih utang tak kunjung pergi dan terus berjaga di rumahnya.

"Sebenarnya saya juga tidak pergi jauh-jauh, saya terus memantau diam-diam. Saya menginap di mushala dekat rumah agar bisa melihat kondisi anak-anak dari dekat," akunya. Kemarin, Yanti dan Dadan kembali bersatu dengan keempat anak mereka.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait, menilai kasus ini karena ketidaktahuan orang tua, Yanti dan Dadan, bahwa tindakan meninggalkan anak seperti yang mereka lakukan adalah salah. Dilanjutkannya, Komnas PA bersama Polres Depok dan Departemen Sosial telah sepakat tidak melanjutkan proses hukum kasus ini demi kemanusiaan.

"Saat kedua orang tua dipertemukan dengan anak-anak mereka, benar-benar mengharukan. Dari sana terlihat kalau mereka masih layak menjadi orang tua," ucap Arist. Menurutnya, Komnas PA akan terus melakukan pemantauan dan pendampingan. Dikatakannya, bila dalam masa pemantauan ditemukan indikasi penelantaran kembali oleh Dadan atau Yanti, hak asuh mereka atas anak-anaknya dapat dicabut.

Sebelumnya, Polres Depok belum akan menindak secara hukum pasangan suami istri itu. ''Atas rasa kemanusiaan, Polres Depok belum berniat untuk memidanakan mereka,'' kata Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Depok, Ajun Komisaris Polisi Rohana.

Rohana mengatakan, ada tiga hal yang mendorong pihak kepolisian belum memidanakan Yanti. Pertama, demi rasa kemanusiaan. Kedua, melihat kepentingan anak secara psikologis yang masih memerlukan perlindungan dan kasih sayang orang tuanya. Dan ketiga, melihat latar belakang Yanti yang pergi dari rumah karena takut dengan kejaran penagih utang.

Selama jumpa pers, Dadan dan Yanti tidak banyak bicara. Dadan sempat terisak saat ditanya perasaannya setelah bertemu kembali dengan anak-anaknya. Sementara itu, Yanti masih terlihat bingung ketika ditanya rencananya ke depan. "Saya ikut saja semua (proses--Red) maunya dibawa ke mana," ucap wanita yang mengaku akan menggunakan bantuan modal untuk berdagang.  c15

(-)
Is there really any information about tech that is nonessential? We all see things from different angles, so something relatively insignificant to one may be crucial to another.

No comments:

Post a Comment